Tak heran, pemerintah Arab Saudi pun merencakan sebuah ekspansi dan proyek renovasi dan terbilang cukup ambisius. Target untuk menuntaskannya selama 10 tahun telah ditetapkan, dengan anggaran yang setara produk domestik bruto (PDB) sebuah negara kecil, yakni US$125 miliar.
“Mekkah dinamis, selalu berubah. Saya telah memulai perjalanan untuk mengubah kota ini sejak dua tahun lalu. Proyek ini tentunya akan mengubah kota kami ke depannya. Ini megaproject,” papar Walikota Mekkah, Osama Al Bar, dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera, Kamis (26/11).
Seperti apa Mekkah nantinya? Megaproyek ini bermula dari ekspansi Masjidil Haram yang akan diperluas hingga 400 ribu meter persegi. Tahap pertama adalah perluasan Al Massa yang sebenarnya sudah dua kali lipat ukuran aslinya.
Tempat ini akan ditambahkan lantai lagi untuk mempermudah jamaah calon haji (calhaj) ketika melakukan ibadah Sa’i atau berjalan bolak-balik tujuh kali antara Bukit Safa dan Marwa. Kapasitasnya saat ini 100 ribu calhaj per jam dan pemerintah Saudi bermaksud menggandakannya.
Megaproyek dilanjutkan ke area sipil, layanan publik, serta infrastruktur. Antara lain beberapa perbaikan di Gua Mina, Padang Arafah, dan Muzdalifah. Al Bar mengatakan, proyek jalan raya, perumahan, dan infrastruktur ini sudah berjalan sebanyak 40 proyek. “Islam saat ini sudah menyebar luas, Alhamdulillah. Sebab itu kami merasa perlu melakukan semua ini,” lanjut Al Bar.
Dalam beberapa tahun ke depan, ia yakin jumlah Muslim akan terus berlipat ganda. Demikian pula dengan arus informasi dan teknologi yang terus meluas selama satu dekade terakhir. Megaproject ini pun sangat penting untuk mengakomodasi umat Muslim yang menunaikan ibadah haji dan umrah.
Namun demikian, sang walikota yang gemar mengenakan jubah putih ini mengakui tak mudah merencanakan dan melaksanakan sebuah proyek raksasa. Pasalnya, semua proyek-proyek itu harus berjalan secara pararel. Artinya, hal ini akan memakan dana besar dan membutuhkan kerjasama semua pihak.
“Tantangan kedua, adalah topografi Mekkah yang berada di atas lembah dan pegunungan tinggi,” paparnya. Situasi ini membuat Saudi harus mengerahkan sejumlah tenaga ahli dengan konstruksi terowongan dan terbiasa bekerja di topografi kota semacam ini.
Untuk proyek raksasa ini, pemerintah Saudi mendatangkan ahli dari Turki dan Pakistan yang sangat ahli dalam arsitektur semacam ini. Tantangan selanjutnya adalah menghadapi kritik masyarakat yang tak menginginkan pembangunan merusak sejarah kota dan membuat segalanya terlihat modern.
Al Bar mengatakan kritikan ini tidak adil, karena beberapa bagian kota takkan diubah. Ia menegaskan ibadah haji yang merupakan Rukun Islam ke-5, takkan bisa dilakukan dengan jumlah Muslim yang semakin banyak dan mereka harus berdesakan di jalanan yang kecil.
“Bagian terpenting seperti masjid serta gua-gua suci takkan kami ubah. Tempat-tempat ini historis, akan kami pertahankan hingga akhir jaman,” papar Al Bar sambil berharap dana US$125 miliar itu cukup hingga sepuluh tahun ke depan atau sesuai tenggat waktu megaproject.
Akhir kata, Al Bar memastikan esensi ibadah haji di mana umat Islam melakukan napak tilas perjuangan Nabi Ibrahim takkan berubah. Ka’bah atau Rumah Allah akan tetap menjadi pusat ibadah di negara yang mengeruk keuntungan hingga miliaran dolar setiap tahunnya karena haji dan umrah itu. (sumber:inilah..com)
“Perubahan ini hanya pada permukaannya saja. Seperti moda transportasi, kenyamanan masyarakat yang akan meningkat, serta lingkungan yang sangat mendukung bagi pelaksanaan ibadah ini,” pungkasnya.
nie gan gambarnya
insya allah proyek ini selesaai tahun 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar