1. Dipinjami kasur hanya sehari untuk menyambut presiden SBY, setelah itu dikembalikan lagi. Artinya si pengungsi menggunakan tikar lagi setelah pak SBY pergi. Entah, bagaimana perasaan si pengungsi dan si pemberi pinjaman kasur.
2. Pengaspalan jalan di malam hari di kawasan merapi (tp hal ini tidak jadi karena banyak yang protes). Namun demikian, karena dikhawatirkan mengganggu aktivitas para pengungsi, akhirnya tanah2 becek dikeringkan dan ditambal dengan mendatangkan tanah kering. Bukankah dana untuk pembuatan aspal itu bisa dialokasikan ke pembelian obat-obatan atau keperluan lainnya?
3. Ada beberapa peternak sapi dan kambing dimarahi aparat karena lebih memilih pergi menggembala ternaknya daripada menerima kunjungan pak SBY. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat telah memahami, mana yang lebih penting (melanjutkan hidup) dari pada sekedar mendengar pidato presiden.
4. Mentawai, SBY ikut merasa sedih dan sempat meneteskan air mata saat berkunjung, tetapi hingga hari ini, bantuan belum maksimal. Pertanyaannya, jika SBY dan Boediono bisa sampai ke sana dalam jangka waktu singkat, mengapa bantuan tidak bisa sampai?
5. Di Wasior, Listrik yang semula padam total, dalam jangka waktu 3 hari, bisa menyala kembali. Hal ini, (katanya) membawa berkah, tetapi setelah Pak Beye pergi, lampu mati lagi. Lalu, apakah listrik itu untuk masyarakat atau untuk presiden sih?
6. Pangan yang diberikan di barak pengungsian Purwobinangun lumayan enak, karena dapur umum dilayani dan dibantu oleh TNI, dan ini ada hubungannya dengan kunjungan SBY. Sementara itu, di barak pegungsian lainnya, justru mengeluhkan pangan. Bahkan, ada laporan yang mencret karena makan mie tiap hari (di Mentawai)
7. Anak-anak SD di Pengungsian Dompol merasa bangga sehari dapat menggunakan pakaian adat dalam menyambut kunjungan SBY. Kebanggaan itu, ditambah lagi dengan nyanyian yang kompak, yang dilatih seharian dengan bunyi “Di sini senang di sana senang…di mana-mana hatiku senang. Di sini senang…di sana senang, di mana-mana SBY senang,”. Ah, sangat di sayangkan, bukan lagu SBY yang dinyanyikan. Hal yang terpikirkan adalah, bagaimana perasaan orang tua mereka melihat kegembiraan anak-anaknya yang berlangsung hanya sejenak?
8. Di setiap sudut barak pengungsi, banyak terdapat bendera parpol, iklan produk, dll, tapi bantuan yang dibutuhkan, sulit sekali diterima karena harus melewati berbagai prosedur
9. Pernyataan-pernyataan kontroversial dari para pejabat dan DPR yang selalu mempolitisir keadaan. Hal yang paling menonjol adalah pernyataan Marzuki Alie yang justru menyalahkan warga yang tinggal di kawasan rawan bencana.
10. Sewaktu kedatangan SBY, lapangan KODIM tempat para pengungsi bencana banjir bandang Wasior, penuh dengan atribut (spanduk, baliho) PARTAI, BUMN, dan PEMDA. Telah terjadi perang kata-kata dan rata-rata spanduknya berbunyi “……PEDULI”. Ketika SBY datang pun juga bantuan memenuhi tenda pengungsi, dan setelah SBY cabut ke jakarta, bantuan makanan tidaklah sebesar bantuan sewaktu SBY datang
Sumber : http://hanyaberita.com/kunjungan-sby-merepotkan-para-pengungsi/192/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar